Salam Satu Pena, Lensa Monitor.
Stadion King Abdullah Sport City, Jedah, Arab Saudi, menjadi saksi bisu kebahagian sekaligus kesedihan para Bocil Garuda U-17 karena dirujak 0-6 oleh serdadu kecil dari negara Korea Utara pimpinan Kim Jong-un.
Para penonton dirumah sangat sedih, asbak sudah penuh dengan puntung rokok, badan tak mampu duduk tegap dan hanya bersandar serta berbaring. Kopi yang tinggal setengah tak mampu lagi diteguk, terlalu pahit, ya terlalu pahit ketika harus menerima si bocil U17 digulung oleh Korea Utara.
Pertandingan baru saja dimulai, saat kopi masih terasa panas dan sepiring gorengan hangat ikut menemani, tiba-tiba saja benteng Dafa Setiawarman terkoyak oleh sepakan keras Choe Song-hun, dimenit ke-7. Para menonton di depan TV semua terpaku, bengong, saling tatap, diselimuti sunyi, seperti tak terpercaya yang terjadi.
Tapi tenang wak! ini masih menit awal, durasi masih panjang, kesempatan tetap terbuka untuk membayar hutang, seperti harapan ibu-ibu yang terus bersemangat mengangsur cicilan tagihan koperasi.
Sang Pemimpin Bocil Garuda U-17, Nova Arianto berpikir keras, ia tertegun dipinggir lapangan, seakan mencari formula yang tepat untuk melepaskan diri dari sergapan anak buah Tang-son O, agar Garuda muda tidak selalu merasa ditekan dan cepat move on.
Belum genap berpikir bebas, tiba-tiba kapten Kim Yu-jin, dimenit 19 menggadakan keunggulan tim Korea Utara menjadi 0-2. Seketika langit di atas Stadion terasa gelap, para suporter tertunduk lesu, suara mereka sudah mulai lirih, seperti nyanyian seorang ibu yang akan menidurkan anaknya.
Walau tertinggal 0-2 tetapi tidak menyurutkan semangat dan nyali anak asuh Nova Arianto. Evandra Cs tetap melakukan perlawanan sengit, seolah ingin terlepas dari sergapan tim besutan Tang-son O yang terus membombardir jatung pertahanan Timnas U-17 Indonesia.
Air mata para penonton belum lagi kering, seperti layaknya menonton sinema Drakor yang selalu banjir air mata, dimenit 48 pemain korea Utara, Ri Kyong-bon kembali melesakan bola ke gawang Timnas Garuda, kedudukan berubah menjadi 0-3, pasukan merah putih semakin tenggelam.
Tak ada lagi suara emak-emak yang meneriakan yel-yel penyemangat, dunia seperti terguncang laksana gempa di Myanmar dan Thailand, anak-anak bergegas keperaduan, ingat besok bangun pagi mau pergi ke sekolah, para bapak sibuk menutup mulut yang selalu menguap, kekalahan ini terasa berat, hingga mata terasa mengantuk.
Dalam keputusasaan, seperti remaja yang ditinggal kekasihnya kerja keluar negeri, para penonton berkhayal akan hadir sebiji gol untuk menyuplai oksigen ke aliran darah pasukan Garuda Muda yang sudah mulai Hipoksia.
Tapi rupanya derita itu belum berakhir, pasukan Korea Utara justru menambah pundi golnya melalui Kim Tae-guk melalui titik putih dimenit ke 60, akibat hand ball salah satu pemain indonesia. Selang semenit kemudian, menyusul Ri Kang-nim, menggetarkan gawang Tim Garuda yang sudah rapuh pertahanannya.
Pemain U-17 indonesia malam ini benar-benar di buat merana, pada pertandingan sebelumnya, pada babak penyisihan group, mereka begitu perkasa, melibas semua lawan tanpa sekalipun kalah. Tapi hari ini mereka dibuat kocar-kacir dan kehilangan ritme permainan.
Bahkan, tak puas dengan skor 0-5, Tim sepak bola dari negara diktator tersebut, menggenapkan golnya menjadi 0-6 oleh Park Ju-won, pada menit ke 77. Hingga peluit akhir ditiup, kedudukan tetap tidak berubah, kemenangan diraih Tim Bocil dari Korea Utara.
Dibalik tragedi memilukan ini, hanya satu kalimat yang mampu menjadi penyemangat, "Tenang saja, walaupun hari ini kita kalah namun tetap saja lolos ke Piala Dunia 2025".
Ingat, negara kita adalah negara yang pemaaf dan pelupa, jadi untuk pertandingan selanjutnya, dapat dipastikan emak-emak sudah menyambut meriah lagi, seperti meriahnya ketika memasak olahan rendang di tempat hajatan.
Tetap semangat Tim Garuda Muda Indonesia, jangan surutkan langkah mu, kami segenap rakyat indonesia akan selalu menjadi garda terdepan untuk medukung mu!.